HP./ Whatsapp 081350360258-081350360259-085102999953 www.bcatour1.blogspot.com

Sangri-La 香格里拉

中国海南岛5日游
5D HAINAN By Lion Air – Dari Surabaya
HARI 1
SURABAYA– HAIKOU JT 2661 SUB-HAK 19.25 – 01.30 (+1)
Hari ini berkumpul untuk melakukan perjalanan menuju Kota Haikou. Setibanya disana, anda akan dijemput dan diantar ke hotel untuk beristirahat.
Hotel : Haikou New Oscar *4/ Setaraf

HARI 2
HAIKOU – QIONGHAI – XINGLONG – LINGSHUI (MP/MS/MM)
Setelah sarapan pagi, anda akan dibawa menuju Feng Xiao Gang Movie Town (Nanyang Street) ; sebuah kota buatan bernuansa tahun 1940an untuk tempat shooting film) dan Mission Hills New Town . Anda juga akan diajak untuk merasakan kenyamanan Bullet Train berkecepatan tinggi dari Haikou menuju Qionghai, kemudian melanjutkan perjalanan ke Xinglong untuk mengunjungi toko Latex, seterusnya Desa Bali, sebuah desa dengan arsitektur bernuansa Bali yang ada di Xinglong dan toko Bao Shu Tang. Bermalam di Lingshui.
Hotel: Lingshui Macrolink Regent *4/ Setaraf

HARI 3
LINGSHUI – SANYA (MP/MS/MM)
Setelah sarapan anda akan pergi mengunjungi ke Yetian Minority Village. Kemudian menuju ke kota Sanya mengunjungi Nanshan Buddhist Culture Park (termasuk mobil keliling), yang terdapat patung Dewi Kwan Im setinggi 108 meter, tertinggi di dunia. Seterusnya di toko Bamboo Charcoal. Bermalam di Sanya.
Hotel: Sanya Guoxi *4/ Setaraf
.
HARI 4
SANYA – HAIKOU (MP/MS/MM)
Setelah sarapan, melewati The Crown of Beauty dan Giant Tree Hotel (photostop). Kemudian mengunjungi Yalong Bay dan berbelanja di toko Fish Oil. Sebentar menuju ke Sanya Pedestrian Street dan anda juga bisa berbelanja oleh-oleh untuk dibawa pulang. Kemudian menuju kembali di Bandaran Haikou.
.
HARI 5
HAIKOU – SURABAYA JT 2660 HAK-SUB 02.30 – 06.35
Tibalah di akhir perjalanan penerbangan kembali ke Surabaya



9D HAINAN By Lion Air – Dari Surabaya 6,9 jt (Mar-May 19)



Day 1 SURABAYA– HAIKOU JT2661 SUB-HAK 20.20-02.25                     (-)

Hari ini berkumpul untuk melakukan perjalanan menuju Kota Haikou. Setibanya disana, anda akan dijemput dan diantar ke hotel untuk beristirahat.  Hotel : Haikou New Oscar *4/ Setaraf

Day 2 HAIKOU – WENCHANG                          (MP,MS,MM) BUS / BULLET TRAIN

Setelah sarapan, mengunjungi Haikou Arcade Ancient Street. Selanjutkan, anda juga diajak untuk merasakan kenyamanan Bullet Train berkecepatan tinggi ke Wenchang. Sesampainya di Wenchang Anda diajak untuk menikmati Pemandangan Coconut Park, dan Qinglan Port. Setelah makan malam, Anda diantar ke hotel untuk beristirahat. Hotel : Wenchang Hainan Jincheng *4/ Setaraf

Day 3 WENCHANG – LINGSHUI     (MP,MS,MM) Bus

Setelah sarapan, anda akan mengunjungi toko Latex, kemudian anda akan pergi mengunjugi ke Desa Bali, sebuah desa dengan arsitektur bernuansa Bali yang ada di Xinglong. kemudian mampir sebentar di Bao Shu Tang. Perjalnan dilanjutkan menuju Sun & Moon Bay dan Statue of A-Ma. Malamnya anda akan bermalam di Lingshui. Hotel: Lingshui Macrolink Regent *4/ Setaraf



Day 4 LINGSHUI – SANYA                                                                   ( MP/MS/MM) Bus

Setelah sarapan, anda akan pergi mengunjungi Yetian Minority Nationality Village untuk melihat uniknya kehidupan suku minoritas Li dan Miao di Hainan. Perjalanan dilanjutkan mengunjungi Yalong Bay, sebelum mampir ke toko Fish Oil. Kemudian mengunjungi Phoenix Valley (termasuk cable car), Dimana anda bisa juga melihat pemandangan seluruh Kota Sanya dari puncak bukit. Selanjutnya Anda akan passby melewati The Crown of Beauty dan Giant Tree Hotel. Setelah makan malam, Anda diantar ke hotel untuk beristirahat. Hotel: Sanya Guoxi *4/ Setaraf

Day 5 SANYA                                                                                            (MP/MS/MM)

Setelah sarapan, Anda akan diajak mengunjungi Nanshan Buddhist Culture Park (termasuk mobil keliling), yang terdapat patung Dewi Kwan Im setinggi 108 meter, tertinggi di dunia. Kemudian berbelanja di toko Bamboo Charcoal. setelah itu diantar kembali ke hotel untuk beristirahat.
Hotel: Sanya Guoxi *4/ Setaraf

Day 6 SANYA                                                                                              (MP/MS/MM)

Setelah sarapan, Anda akan diajak melihat keindahan pantai Da Dong Sea yang berada di Sanya, Setelah itu menuju Sebentar menuju ke Sanya Pedestrian Street dan anda juga bIsa berbelanja oleh oleh untuk di bawa pulang. Hotel: Sanya Guoxi *4/ Setaraf

Day 7 SANYA – HAIKOU (MP/MS/MM)BUS

Setelah sarapan pagi, Anda diajak mengunjugi File Official Temple. Kemudian menuju ke Mission Hills New Town, pusat perbelanjaan baru dengan banyak fasilitas. Malamnya anda akan bermalam di Haikou.

Hotel: Haikou New Oscar Hotel *4/ Setaraf

Day 8 HAIKOU                                                                                                     (MP/MS/MM)

Setelah sarapan pagi, Anda diajak mengunjugi Volcanic Craters National Geopark, yang menceritakan bagaimana Pulau Hainan dipisahkan dari Daratan Tiongkok. Kemudian menuju ke Jade Shop, pusat perbelanjaan baru dengan banyak fasilitas. Kemudian menuju kembali di Bandara Haikou.

Day 9 HAIKOU – SURABAYA JT 2660 HAK – SUB 03:35 – 07:40

Terbang dari Haikou ke Surabaya. Tibalah kita pada akhir perjalanan tour kali ini. Anda akan diantar kembali ke Tanah Air dengan membawa sejuta kenangan manis bersama kami. Terima kasih atas partisipasi Anda, sampai jumpa pada acara tour kami lainnya.

Harga Tour minimal keberangkatan 20 peserta.

DEPARTURE DATE 2019
AnakAnak ( 2 -11 Tahun )
INFANT
SINGLE SUPPLEMENT
ADULT / CHILD Twin Share
CHILD EXTRA BED
CHILD NO BED
MAR : 29
APR : 05, 12, 19, 26
MAY : 03, 10, 17, 24, 31
6.900.000
6.900.000
6.600.000
1.800.000
3.000.000

Harga Termasuk :

1.     Tiket International Surabaya Haikou Surabaya (Economy Class)

2.     Fuel Surcharge, Airport Tax International YQ

3.     Airport Tax Surabaya

4.     Bagasi 15Kg sesuai dengan peraturan maskapai penerbangan

5.     Akomodasi hotel 3*/4* berdasarkan 1 kamar berdua

6.     Transportasi Bus AC & biaya kunjungan objek wisata

7.     Tour Leader dari Jakarta yang menemani selama tour

8.     Visa Group

9.     Asuransi Perjalanan (tidak cover peserta di atas 80 Tahun)

Harga Tidak Termasuk :

1.     Tips Tour Leader IDR 405.000 per orang diberikan langsung ke Tour Leader

2.     Tips Local Guide & Driver IDR 336.000

3.     Pembuatan passport dan dokumen lainnya

4.     Tips Porter Bandara, Bell Boy Hotel, dll

5.     Pengeluaran pribadi.

6.     Optional tour.

7.     Biaya lain yang tidak termasuk di atas.

8.     Apabila peserta tidak ingin mengunjungi toko wajib akan dikenakan biaya tambahan sebesar USD 20 – USD 120 Per orang untuk setiap toko.

Syarat dan Ketentuan :

1.     Pembayaran penuh 100% pada saat pendaftaran dengan menyertakan copy passport

2.     Susunan acara/penerbangan/harga dapat berubah/naik sewaktu-waktu tergantung kondisi penerbangan ataupun sisa seat yang tersedia dan juga biasanya harga akan naik bagi yang mendaftar tour mendekati tanggal keberangkatan

3.     Jika terjadi pembatalan acara tour oleh Peserta sebelum tanggal keberangkatan maka biaya pembatalan adalah sebagai berikut:

·        Setelah pendaftaran : Uang deposit (Non Refundable)

·        Low Season : 15 – 30 hari kalender sebelum keberangkatan, 50 % dari harga Tour.
14 hari sampai dengan hari keberangkatan, full payment.

·        High Season : 31 – 45 hari kalender sebelum keberangkatan, 50 % dari Harga Tour.
30 Hari sampai dengan hari keberangkatan, full payment.

4.     Harga/Jadwal Tour/Airport tax Int’l & Flight Insurance dapat berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan terlebih dahulu.

5.     Paket tour ini dimulai dan diakhiri dari Jakarta, kami tidak berkewajiban / bertanggung jawab terhadap penerbangan lanjutan peserta yang disebabkan karena perubahan jadwal keberangkatan Tour.

6.     Ini Adalah pesawat Charter, keterlambatan atau cancel penerbangan dan seluruh kejadian yang terjadi diluar kekuasaan pihak penyelengara tour dan pihak travel tidak bertanggung jawab dan tidak bisa di tuntut.

7.     Pihak travel agent hanya bertanggung jawab dalam hal servis, hotel, transportasi dan makan selama berlangsungnya tour disana.

8.     SCAN PASSPOR WAJIB VALID PASPORT 1 MINGGU DARI 6 BULAN SETELAH KEPULANGAN TOUR.



Sangri-La 香格里拉
Dalam Ruangan Bertamasya di Tiongkok edisi ini, saudara akan kami ajak berkunjung ke Sangri-La yang terletak di Provinsi Yunnan, Tiongkok barat daya. Keresidenan Diqing adalah suatu Keresidenan Otonom Etnis Tibet di Propinsi Yunnan, Tiongkok Barat Daya. Ia menjadi terkenal justru karena ia mempunyai sebuah nama yang ajaib, yaitu Shangrila. Tempat ini dikitari gunung-gunung yang bersalju, serta hutan primitif yang dibelah oleh danau dan sungai. Selain etnis Tibet, di sini juga terdapat 12 etnis minoritas lain, termasuk Lisu, Naxi, Yi, Bai dan Hui dan lain sebagainya. Setiap tahun tempat ini menarik jutaan wisatawan.
Cahaya matahari senja menerangi jalan berubin batu yang tidak rata di Sangri-La, irama lagu Sangri-La nan Indah mengalun merdu. Mengiku
ti alunan musik itu, kami masuk ke sebuah bar musik. Pemilik bar itu yang bernama A Du berusia 30 tahun lebih. Sangri-La nan Indah adalah lagu yang paling digemarinya. Setiap kali ada tamu dari jauh, ia selalu membawakan lagu itu dengan saksofonnya. Dalam percakapan santai ia menceritakan bahwa pada mulanya sama sekali tidak terpikir, suatu perjalanan biasa membuatnya memutuskan untuk tinggal menetap di Sangri-La. A Du mengatakan, "Saya pertama kali berkunjung di sini pada tahun 2003 untuk berwisata dan tinggal selama satu bulan lebih. Saya sangat tertarik dan ingin memiliki sebuah rumah untuk liburan setiap tahun. Kemudian rumah itu saya renovasi menjadi bar yang sekarnag ini."
Demikianlah A Du tinggal menetap di Sangri-La, dan berkeluarga di sini. Barnya diberi nama Ana, yang dalam bahasa Tibet berarti arak, karena rumah itu dulu pernah digunakan sebagai tempat pembuat arak.
Dashan adalah teman yang kami kenal di Sangri-La, nama aslinya Yangtsin, adalah penduduk etnis Tibet yang dibesarkan di Sangri-La. Ia mengatakan,"Berhubung pembawaan saya ramah, maka saya dipanggil Dashan atau gunung besar."
Dashan kembali ke Sangri-La setelah belajar dan bekerja di Beijing dan Shanghai. Kini ia membuka sebuah hotel yang diberi nama Sangri-La Old Town. Hotelnya adalah bangunan yang bersejarah lebih 300 tahun. Belasan kamar tamu direnovasi dan didekorasi menjadi sangat nyaman untuk dihuni.
Dashan mengatakan, ini adalah rumah tua yang sudah berumur 300 tahun. Saya menghabiskan waktu satu tahun untuk merenovasinya tapi wajahnya semula tetap saya pertahankan. Pada zman dulu, jalan ini adalah jalur yang pasti dilalui rombongan kuda pengangkut teh.

Li-Zhiang 丽江
Kalau kita berbicara tentang Lijiang, mustahil tidak mengatakan tentang sebuah jalan kuno yang dilalui baik oleh manusia maupun kuda di daerah pegunungan di wilayah ini, yang menghubungkan daerah pedalaman dan Dataran Tinggi Qinghai Tibet. Sepanjang jalan yang tidak beraspal dan sering tidak datar, namun barang-barang kebutuhan manusia seperti teh, garam dan gula mengalir masuk ke wilayah Tibet, sementara kuda, lembu dan bulu-bulu serta produk-produk lokal lainnya datang ke arah timur. Jalan lintasan kuno yang terkenal ini, disebut dengan julukan, "Jalan Teh dan Kuda Kuno". Istilah ini muncul pertama kali selama masa Dinasti Tang, lebih dari seribu tahun yang lalu.
Konon menurut cerita sejarahnya, jalan ini memainkan tugas yang sama dengan Jalan Sutera, yang melalui wilayah sebelah utara Dataran Tinggi Qinghai-Tibet, yang memajukan perdagangan antara kedua negara tetangga dan pertukaran budaya serta migrasi etnik.
Jalan penyeberangan yang dilalui terbentang lebih dari 4.000 km, dari Propinsi Sichuan dan Yunan ke Tibet dan bahkan menuju India. Sama halnya dengan Jalan Sutera, Jalan Teh dan Kuda Kuno ini juga menghilang seiring dengan munculnya abad modern, tapi riwayat kedua jalan tersebut telah memainkan peranan yang sangat penting dalam perkembangan Tiongkok.
Beberapa kebudayaan etnik Tiongkok yang berbeda seperti Dai, Yi, Han, Bai, Naxi dan Tibet telah bertemu, berpadu dan berkembang sepanjang jalan bersejarah ini.
Jalan tersebut melintasi Pegunungan Hengduan dan Dataran Tinggi Qinghai Tibet, yang penuh dengan rintangan alam yang sulit untuk menyeberang, dan juga melewati hutan-hutan subtropik, di samping danau-danau yang indah dan aliran-aliran sungai-sungai yang deras.
Nama "jalan teh dan kuda" datang dari dua jenis komoditi utama yang diperdagangkan di sepanjang rute ini yaitu "teh dan kuda". Teh Tiongkok adalah salah komoditi yang paling laris di Tibet. Di samping itu, kuda-kuda juga hewan yang paling penting bagi warga Han. Maka, dari situ kemudian terciptalah nama jalan ini.
Menurut beberapa orang yang pernah melakukan wisata di sepanjang Jalan Teh dan Kuda Kuno, teh Pu'er adalah salah satu teh yang palig digemari oleh warga Tibet. Karena teh mentega yang terbuat dari teh Pu'er merupakan teh yang berkualitas tinggi baik rasa dan warnanya. Nama teh ini berasal dari daerah tempat produksi teh tersebut, yaitu Daerah Pu'er di Propinsi Yunan, yang merupakan salah satu tempat lahirnya kebudayaan teh Tiongkok. Selama masa Dinasti Tang, teh Pu'er ditanam di daerah yang berapitan dengan Sungai Langcangjiang. Apabila menyeruput teh ini, pertama akan terasa pahit, kemudian berubah menjadi manis. Rasa ini mengingatkan saya dengan ungkapan pepatah kuno, yaitu bersakit-sakit dahulu lalu bersenang-senang kemudian.
Selama masa perang Dunia Kedua, ketika Myanmar jatuh ke tangan Jepang, Jalan Teh dan Kuda Kuno ini dihidupkan kembali dan mejadi rute perdagangan utama. Dengan membuka jalan raya modern di Tibet pada tahun 1960-an, maka penggunaan jalan tua ini semakin berkurang. Saat ini, beberapa bagian dari jalan kuno ini, masih dipakai untuk transportasi. Bagian lainnya, seperti Lijiang, sekarang merupakan tempat populer bagi para turis.
Provinsi Yunnan di Tiongkok barat daya bersejarah lama dengan teh. Yunnan tidak saja merupakan tempat asal pohon teh, tetapi juga tempat asal jalan kuno kuda pengangkut teh, salah satu jalan yang paling menakjubkan di dunia. Penduduk Yunnan suka minum teh, para penduduk dari 26 etnis minoritas yang bermukim di Yunnan menikmati teh dengan caranya masing-masing, sedangkan teh "San Dao Cha" yang disukai penduduk etnis Bai di Dali akan meninggalkan kesan yang mendalam kepada para wisatawan.
San Dao Cha

Di kaki Gunung Cang Shan, Dali yang terkenal, sekelompok penduduk etnis Bai yang ramah mengundang kami ke sebuah kedai teh etnis Bai dengan menghidangkan teh "San Dao Cha" yang digemari penduduk setempat.
Yang disebut teh "San Dao Cha" adalah teh diseduh tiga kali. Pertama kali disebut sebagai teh pahit, oleh penduduk setempat diartikan sebagai orang akan berjaya hanya setelah bekerja dengan susah payah. Cara untuk menyeduh teh pertam kali ialah menaruh teh hijau yang unggul ke dalam guci tanah untuk dimasak, sampai daun teh itu berubah menjadi warna kuning dan menyebarkan bau wangi, barulah dituangkan sedikit air, ketika buih-buih lenyap, dimasak lagi, sampai pada air tehnya berubah menjadi warna kekuning-kuningan, dituangkan ke poci. Teh yang diseduh kedua kalinya melambangkan kehidupannya akan berarti apabila dari pahit menjadi manis. Dituangkan air panas ke dalam guci tanah, ditambah dengan gula pasir, biji walnut, bubuk bijan, dimasak lagi kemudian baru diminum. Cara menyeduh teh yang ke-tiga kali ialah menaruh gula merah, madu, bunga Cassia (Osmanthus fragrans), berondong dan ketumbar, rasanya wangi, manis disertai sedikit pedas, sehingga menggairahkan semangat, berarti mengenangkan kembali keberhasilan usaha.
Setelah kami duduk di kedai teh, seorang gadis etnis Bai dengan tenang saja duduk di tengah, enam gadis lainnya terbagi dalam dua bagian untuk mengadakan upacara teh " San Dao Cha ". Teh " San Dao Cha " dari etnis Bai merupakan hidangan khas untuk menjamu tamu-tamu, konon berasal dari Raja Nanzhao pada zaman kuno ketika menjamu tamu agung, kemudian cara minum teh itu tersebar di kalangan rakyat dan terus diwarisi sampai zaman sekarang. Pahit, manis dan sisa rasa adalah ciri khas teh " San Dao ".
Kira-kira setengah jam kemudian, seluruh peroses menyeduh teh " San Dao Cha " berakhir. Sebenarnya teh " San Dao Cha " sendri bukanlah " teh " yang disebut dalam arti tradisional, dan sama sekali tidak dapat disama-ratakan dengan teh Longjing dari Danau Xihu, Provinsi Zhejiang, Tiongkok timur, namun menyeduh dan minum teh " San Dao Cha " menyebabkan kami merasakan keramahan penduduk etnis Bai terhadap tamu-tamu. Gadis-gadis etnis Bai menghidangkan teh " San Dao Cha " kepada tamu-tamu, pemandangan dan suasananya sangat mengharukan para tamu.

Khun Ming 昆明

Kunming, ibukota Provinsi Yunnan yang terletak di Tiongkok barat daya dijuluki sebagai Kota Musim Semi. Di kala salju sudah beterbangan di daerah Tiongkok utara, cuaca di Kunming masih hangat bagai musim semi.
Setiap bulan Desember sampai Maret tahun berikutnya, kawanan burung camar paruh merah berbondong-bondong datang dari daerah utara yang jauh untuk melewatkan musim dingin di Danau Cuihu, kota Kunming yang hangat. Pada masa itu, banyak warga kota Kunming menjadikan pemberian umpan kepada burung-burung camar sebagai pekerjaan yang tak bisa kurang setiap hari. Pemandangan hidup berdampingan secara harmonis antara manusia dan burung itu sempat mengetuk hati para wisatawan mancanegara. Banyak wisatawan yang berkunjung ke kota Kunming dengan sendirinya akan memperlambat irama hidupnya dan menikmati kehidupan santai di kota ini dengan mengumpan burung camar di pagi hari, serta menghabiskan waktu siang dan malam hari di warung, restoran atau kedai teh.
Budaya makan yang beragam merupakan bagian penting dalam kehidupan masyarakat Kunming. Yunnan adalah salah satu daerah yang paling kaya sumber daya flora dan faunanya di Tiongkok. Makanan ringan atau kudapan di Kunming sangat banyak jenisnya

Guiyang 贵阳
Musim semi di kota Guiyang tampak indah semarak, kembang anggrek bermekaran di taman-taman dan jalan-jalan kota itu, menghamburkan aroma yang segar menyejukkan.
Guiyang adalah ibukota Provinsi Guizhou yang terletak di Tiongkok barat daya. Musim dingin di kota itu tidak terlalu dingin dan musim panas tidak terlalu terik, maka cocok sekali bagi pertumbuhan kembang anggrek. Warga Guiyang sangat menyenangi jenis kembang ini dan menjadikannya bunga lambang kota itu. Setiap musim berbunga, di jalan-jalan dan lorong-lorong kota itu tampak banyak warga kota sibuk tawar menawar dan memilih bunga anggrek. Pemilik toko kembang anggrek Wang Ping mengatakan,"Kami menjual anggrek kupu-kupu, harganya tidak terhitung mahal, kira-kira 40 dolar Amerika perpot. Masyarakat Guiyang gemar membeli jenis kembang ini."
Kota Kuno Tali

Di Provinsi Yunnan, Tiongkok selatan ada sebuah kota kuno yang sudah bersejarah lebih 600 tahun yakni Dali, yang tata ruang kotanya sampai sekarang masih terpelihara utuh. Di mana-mana di kota ini, kita bisa menjumpai bangunan-bangunan tua peninggalan zaman dulu, dan penghidupan banyak penduduk juga masih mempertahankan adat dan kebiasaan masa lalu. Sudah tentu, peredaran sang waktu juga telah menambah warna muda kepada kota kuno ini. Tua dan mode, kedua konsep yang tampak bertentangan itu bertaut dan berkembang di sini. Kota kuno Dali yang terletak di bagian barat Provinsi Yunnan luasnya sekitar 6 km persegi. Kalau kita beridiri di Gunung Changshan yang terletak di pinggir kota itu, akan tampak jalan-jalan di kota itu membentuk jaringan berkotak-kotak yang rapi seperti papan catur. Sebuah gerbang benteng kota kuno berdiri dengan megah, dan bertolak dari gerbang kota itu, sebuah jalan arteri melintang di kota itu pada arah utara selatan.
Memasuki kota kuno dari gerbang itu, kita akan mendapatkan bahwa pemandangan di dalam kota itu berbeda sama sekali dengan kota-kota modern yang hiruk pikuk. Di sini, jalan bersanding dengan sungai kecil yang jernih airnya, jalan kecil yang terbuat dari batu hitam menjurus ke bagian dalam kota, dinding rumah penduduk yang terbuat dari batu-batu kecil dan genting yang berwarna hitam membentuk suatu pemandangan kota yang tua, bersahaja dan anggun.
Dali adalah salah satu tempat permukiman utama etnis Bai, etnis minoritas di Tiongkok. Bangunan rumah penduduk etnis Bai menyerap ide tata ruang rumah penduduk Han yang menjadikan halaman rumah sebagai pusatnya, dan disesuaikan dengan kondisi iklim, cara hidup dan selera estetik setempat, maka terciptakan bentuk bangunan rumah yang dinamakan "tiga ruang dan sebuah tembok sinar matahari". Berbicara
tentang rumah itu, pemandu wisata Li Yi mengatakan,"Yang disebut dengan rumah 'tiga ruang dan sebuah tembok sinar matahari' adalah setiap halaman rumah mempunyai sebuah ruang utama dan dua ruang samping. Ruang utama menghadap sebuah tembok. Setiap sore menjelang magrib, matahari akan menyinari tembok itu dan cahayanya terpantul menerangi halaman rumah, dengan demikian seluruh halaman rumah menjadi terang benderang. Rancangan seperti ini terutama untuk memberikan penerangan yang lebih baik pada halaman rumah."
Rumah penduduk di kota kuno tidak saja sangat unik perancangannya, tetapi juga sangat menekankan suasana kehidupan, yakni hampir setiap keluarga menanam bunga atau memiliki taman bunga, baik besar ataupun kecil. Daun dan bunga di halaman rumah-rumah itu menjulur ke luar tembok pagar sehingga membentuk gang-gang kembang yang indah. Aroma bunga selalu bertebaran di jalan-jalan kota kuno itu. Setiap musim semi dan musim gugur, daun-daun hijau dan daun mahkota bunga jatuh ke sungai-sungai kecil di depan rumah dan hanyut mengikuti aliran sungai, membentuk suatu pemandangan khas yang sangat menarik.
Masyarakat Dali sangat memegang tradisi dalam kehidupan sehari-hari, salah satu di antaranya adalah kebiasaan minum " tiga teh". Cara minum teh ini konon adalah ritual minum teh raja Dali pada zaman kuno untuk menghormat tamu agung, tapi kemudian menjadi populer di kalangan masyarakat dan berlangsung sampai sekarang. Yang dimaksud 'tiga teh" adalah teh pahit, teh manis dan teh sisa rasa.
Pelayan sebuah kedai teh, Wang Hongyuan mengatakan,"'Tiga teh' mempunyai filsafatnya sendiri. Ia memberi tahu orang supaya bersusah-susah dulu dan bermanis-manis kemudian. Kehidupan makmur dan bahagia tidak datang begitu saja dan kita harus tahu menyayanginya. Sedang 'teh sisa rasa' memberi tahu orang bahwa setiap kali setelah kita menempuh suatu perjalanan hidup, jangan lupa kita berpaling menyimpulkan perjalanan hidup yang telah kita lalui, untuk mengetahui mana yang benar dan mana yang salah".
Selain minum teh, mencicipi makanan khas setempat yang sudah bersejarah puluhan bahkan ratusan tahun, juga merupakan suatu cara untuk " berdialog langsung" dengan masa lalu kota Dali. Di kota kuno Dali, teradapat banyak makanan asli setempat yang enak, misalnya makanan yang dinamakan "susu panggang". "Susu panggang" terbuat dari susu sapi yang telah diragikan, kemudian dipanaskan, lalu dicampur dengan susu segar dan digoyang-goyang sampai menjadi seperti kapas, lalu digulung dan dikeringkan di atas para-para bambu.
Makanan khas Dali banyak sekali jenisnya. Seorang wisatawan dari Beijing, Zhang Qian yang sedang menikmati hidangan di sebuah warung mengatakan,"Makanan di sini enak sekali dan sangat khas. Sebenarnya saya diet, tapi tertarik sekali pada makanan di sini sehingga berat badan bertambah."
Ciri-ciri khas kota kuno Dali sangat menarik minat wisatawan mancanegara. Kedatangan para wisatawan telah membawa masuk suasana mode ke kota tua ini. Misalnya, ada sebuah jalan kecil sepanjang satu kilometer di kota ini yang kedua sisinya adalah restoran Barat, kedai kopi dan bar. Wisatawan dari berbagai tempat di dunia dan berlainan warna kulitnya bertamasya dan bersantai-santai di sini, bahkan ada yang tinggal untuk waktu panjang, sehingga jalan itu menjadi 'Jalan Orang Asing' yang terkenal di Dali".

Chongqing 重庆

Berbicara tentang tempat tujuan wisata yang terkenal di Tiongkok, barangkali anda akan menyebut Tiga Ngarai Sungai Yangtze dan Ukiran Batu Dazu. Tapi tahukah anda bahwa kedua tempat itu justru terletak di Chongqing, sebuah kota tingkat provinsi yang paling muda di Tiongkok. Dengan menawarkan pemandangan alam yang indah dan lanskap budaya yang kaya, Chongqing sedang menarik semakin banyak wisatawan dari mancanegara untuk datang berkunjung.
Tiga Ngarai Sungai Yangtze adalah obyek wisata yang paling menarik di Chongqing. Tiga Ngarai adalah sebuah lembah ngarai besar di Sungai Yangtae, sungai terpanjang di Tiongkok yang panjangnya 6.300 km lebih. Pemandangan indah di sungai itu merupakan intisari pemandangan di sepanjang Sungai Yangtze. Tiga Ngarai sepanjang 200 km terdiri dari ngarai-ngarai Jitang, Wuxia dan Xiling, ujung baratnya berada di Kota Baidi, Kabupaten Fengjie, Kota Chongqing, dan ujung timur berada di Nanjingguan, Kota Yichang, Provinsi Hubei, bagian lembah ngarai sepanjang 90 km. Ngarai Jitang sangat megah, Ngarai Wuxia indah menawan, sedang Ngarai Xiling sangat curam, ketiga ngarai itu membentuk pemandangan indah bagai pigura.
Tiga Ngarai Sungai Yangtze adalah ngarai terbesar di dunia yang dapat dilalui kapal tamasya. Dengan menumpang kapal tamasya, wisatawan dapat menikmati pemandangan alam dan lanskap budaya sepanjang ngarai, juga dapat turun dari kapal untuk mengadakan peninjauan di tepi sungai. Wisatawan dari Provinsi Shandong, Li Ming mengatakan,"Saya naik kapal dari Kota Chongqing, nikmat betul rasanya menghilir dengan kapal pesiar sambil menikmati pemandangan indah di kedua sisi seperti menonton film."
Wisata Tiga Ngarai adalah salah satu dari tiga rute wisata emas yang dipromosikan oleh Biro Pariwisata Nasional Tiongkok. Sejalan dengan pembangunan proyek pusat irigasi Tiga Ngarai, pengisian air Waduk Tiga Ngarai dan munculnya lanskap baru di Tiga Ngarai, wisatawan dapat pula mengunjungi Tiga Ngarai Mini yang terletak di Sungai Daning, sebuah anak sungai Yangtze. Pemandangan di sini sangat elok dan banyak anekdotnya.

Kota Kuno Dachang' merupakan satu-satunya kota kuno yang terpelihara paling sempurna di daerah Tiga Ngarai Sungai Yangtze. Kota yang dibangun pada awal Dinasti Jin ( 265-420 M ) adalah sebuah kota kecil mungil. Sejalan dengan perkembangan pariwisata di Tiga Ngarai pada abad yang lalu, kota kecil yang terletak di tepi Sungai Xiajiang dan bersejarah 1.700 tahun lebih itu mulai dikenal oleh umum dan menjadi obyek pariwisata untuk menikmati pemandangan asli Tiga Ngarai.
Sungai Yangtze yang bermata air di Dataran Tinggi Qinghai-Tibet menghilir berkelok-kelok, sampai di wilayah Kota Chongqing dan Provinsi Hubei membentuk sebuah ngarai yang megah dan indah sepanjang 200 km, yakni Tiga Ngarai. Proyek pusat irigasi Tiga Ngarai yang dimulai pembangunannya 12 tahun lalu telah menaikkan tinggi permukaan air di seluruh Tiga Ngarai, dan dari bendungan ke arah hulu sungai terbentuk waduk tipe sungai yang panjang. Setelah waduk terisi air, lebar permukaan sungai di banyak sektor bertambah sekitar 200 persen, menjadi danau antara ngarai yang megah.
Wakil Kepala Biro Pariwisata Kota Yichang, Provinsi Hubei Gao Chao mengatakan, setelah tinggi permukaan air Tiga Ngarai mencapai 135 meter bulan Juni lalu, obyek-obyek wisata utama yang semula di Tiga Ngarai pada pokoknya tidak tergenang, malah sebaliknya, danau, anak sungai dan pulau bertambah banyak dengan memunculkan banyak lanskap baru.
Dikatakan oleh Gao Chao, dulu Tiga Ngarai terkenal dengan kemegahannya, tapi setelah waduk terisi air, aliran sungai tidak sederas dulu dan air sungai menjadi lebih jernih. Pemandangan yang lama masih tetap ada, dan ditambah dengan pemandangan yang baru."
Berhubung tebing-tebing di Tiga Ngarai tingginya di atas 1.000 meter, maka meski tinggi permukaan air naik dan aliran sungai yang deras menjadi lebih lamban, namun pemandangan megah ngarai tidak banyak terpengaruh. Di antaranya, sektor Yichang adalah tempat terbaik untuk menyaksikan pemandangan indah Tiga Ngarai.
Di Tiga Ngarai ada sebuah sungai yang tak asing bagi wisatawan mancanegara yakni Sungai Shennong sepanjang 60 km yang diapit oleh tebing curam. Bayang-bayang bukit dan hutan bambu yang hijau terpantul di permukaan sungai, membuat air sungai tampak lebih jernih dan hijau. Di bagian yang paling sempit di Sungai Shennong tidak sampai 5 meter lebarnya. Wisatawan berperahu di sungai itu terasa seperti terkepung oleh warna hijau. Udara di sana sangat segar dan suasana amat sunyi, sebentar-sebentar terdengar kicau burung atau tembang tukang tarik tambang, membuat wisatawan merasa jauh di luar hiruk-pikuk keramaian dunia.
Menurut keterangan pemandu wisata, Wang Yuan, di sungai-sungai Tiga Ngara ada belasan sungai kecil seperti Sungai Shennong. Sebelum waduk terisi air, sungai-sungai itu sulit ditelusuri sampai jauh karena airnya dangkal. Tapi kini sudah dapat dicapai dengan perahu pesiar untuk menyaksikan pemandangan indah yang lebih misterius. Dikatakannya,"Wisatawan harus menumpang perahu kecil tanpa bermesin yang ditarik dengan tali tambang atau dengan menolakkan galah di dasar sungai. Duduk di perahu sambil menikmati pemandangan indah di sekeliling, terasa seperti berada dalam pelukan alam."
Tiga Ngarai Sungai Yangtze menjadi lebih tersohor setelah pembangunan proyek bendungan dimulai pada tahun 1990-an, dan wisatawan mancanegara pun berdatangan. Hanya pada tahun 2005 saja, Tiga Ngarai dikunjungi hampir 200.000 wisatawan asing dan menjadi tempat tujuan wisata Tiongkok yang penting bagi wisatawan asing.
dengan naiknya permukaan air Tiga Ngarai, banyak wisatawan asing lebih gemar berwisata di Sungai Yangtze pada musim panas. Dikatakannya,"Rute yang paling singkat bagi wisatawan asing ialah pulang pergi antara Chongqing dan Yichang. Pemandangan sepanjang sungai sangat indah." Sampai pembangunan proyek Tiga Ngarai selesai pada tahun 2009, tinggi permukaan air Tiga Ngarai akan mencapai 175 meter di atas permukaan laut. Pada waktu itu, pemandangan akan lebih menarik. "Tiga Ngarai selalu indah, menakjubkan, pancaroba dan semakin indah. Wisatawan mancanegara akan mendapat layanan yang paling baik di sini untuk menikmati lanskap alam dan budaya Tiga Ngarai." Setelah penampungan air di Waduk Tiga Ngarai mencapai ketinggian 156 meter, kota kuno tersebut terendam dalam air untuk selama-lamanya. Karena Kota Kuno Dachang mempunyai nilai penting untuk mempelajari sejarah kota kuno, adat istiadat dan seni arsitektur tradisional Tiga Ngarai, maka bagian pelestarian benda budaya menghidupkan program maha besar pemindahan kota kuno dalam bentuk asli. Para arsitek membongkar perumahan satu persatu, setiap bata, genteng dan balok penyangga atap dicatat cermat untuk selanjutnya dibangun kembali sesuai dengan bentuk aslinya di lokasi yang baru sejauh lima kilometer.
Pembangunan kembali Kota Kuno Dachang merupakan keajaiban dalam sejarah pelestarian perumahan kuno di dunia dengan memindahkan sebuah kota secara utuh. Melalui pembangunan kembali selama hampir tiga tahun, 'Kota Kuno Dachang' yang dipindahkan ke lokasi baru itu dicantumkan sebagai satuan pelestarian benda budaya dan obyek pariwisata serta dibuka untuk umum pada bulan Oktober tahun lalu. Kota itu kini tetap diwarnai gaya sederhana dan kuno, namun hampir 20 ribu penduduk di kota kecil itu telah meninggalkan kampung halamannya atau dipindahkan ke kota baru transmigran di pinggir 'Kota Kuno Dachang' yang dibangun kembali menurut asalnya.

Air Terjun Huangguoshu

akan kami ajak berkunjung ke suatu tempat yang paling indah untuk menyaksikan air terjun Huangguoshu, air terjun satu-satunya di dunia yang dapat dijamah dengan tangan.
Air terjun Huangguoshu terletak di daerah pemandangan air terjun Huangguoshu, di mana terdapat 18 air terjun. Di antara air terjun-air terjun itu, yang terbesar adalah Air Terjun Huangguoshu, dan di sekitarnya terdapat gugusan air terjun, antara lain air terjun Doupotang yang terletak di bagian hulu Huangguoshu, air terjun Beting Luoshi yang terletak di bagian hilir, air terjun Laba-Laba yang memancar dari lubang goa tebing terjal, air terjun beting Yinlianzui yang deras dan lenyap ditelan sungai bawah tanah.
Air terjun Huangguoshu memiliki beda tinggi 74 meter, sekitar gedung 20 tingkat lebih. Air sungai menderas dari ujung tebing terjal dan jatuh ke Kolam Badak yang terletak di bawah tebing dengan mengeluarkan bunyi yang bergemuruh, dan melambungkan kabut air. Pada saat volume air cukup besar, air terjun tampak sangat megah mendebarkan hati. Di sekitar air terjun itu sepanjang tahun diliputi kabut tebal, bahkan wisatawan akan basah kuyup di jarak 50 meter lebih dari air terjun. Mengenai asal usul nama air terjun Huangguoshu yang artinya pohon mangga itu, pemandu wisata Chen Xiujuan mengatakan,"Banyak wisatawan mengira nama air terjun itu ada kaitannya dengan buah mangga, tapi sebenarnya karena sejenis pohon beringin yang dinamakan beringin Huangge. Daerah ini agak rendah dari permukaan laut dan temperatur agak panas, maka cocok bagi pertumbhan banyak jenis pohon beringin, dan yang paling banyak terdapat di daerah ini adalah beringin Huangge. Di daerah ini terdapat banyak pohon buah Huangguo, bentuknya mirip jeruk dan rasanya sedikit asam. Menurut lafal dialek setempat, Huangge dan Huangguo sama bunyinya, maka masyarakat setempat menyebut pohon buah itu Huangguo, dan begitu pula air terjun tersebut disebut air terjun Huangguoshu."
Dibanding air terjun besar yang terkenal di dunia, air terjun Huangguoshu tidak terhitung paling besar baik volume air maupun skalanya, namun air terjun Huangguoshu memiliki keistimewaannya sendiri yakni pengunjung bisa masuk ke dalam goa di badan bukit dan menyaksikan air terjun dari baliknya. Goa itu terletak di pinggang air terjun, panjangnya lebih 100 meter, di dalam goa itu terdapat 6 jendela, dan dari jendela-jendela itu kita bisa menyaksikan air terjun dari jarak dekat di baliknya, bahkan bisa menyentuhnya dengan tangan. Inilah yang unik dan tak ada duanya di dunia. Wisatawan dari Beijing Han Yue mengatakan,"Huangguoshu adalah air terjun
paling indah yang pernah saya saksikan. Sedang yang paling indah dari air terjun itu adalah Goa Shuilian atau Goa Tabir Air. Air terjun tampak sangat megah dilihat dari goa ini seperti tabir air raksasa.
Dikatakan oleh Han Yue, mendekati air terjun itu terasa sangat mendebarkan, dan butuh sedikit keberanian untuk melintas di dalam air terjun. Namun, sesampai di air terjun Huangguoshu, kalau tidak memasuki Goa Tabir Air dan menjamah sendiri air terjun itu, kita tidak akan benar-benar merasakan kehebatan dan keindahan air terjun itu.
Dari Goa Tabir Air, kita dapat pula menyaksikan suatu pemandangan yang unik: dari jendela-jendela goa itu kita tidak saja bisa menyaksikan bianglala di atas Kolam Badak dalam tujuh warna, tapi juga bisa menyaksikan bianglala itu berubah dan bergerak seirama dengan berjalannya manusia. Wisatawan dari Jepang, Abe mengatakan,"Di dunia sekarang ini ada tiga air terjun besar, saya sudah menyaksikan dua di antaranya yang masing-masing terletak di Amerika Serikat dan Zimbabwe, namun setelah menyaksikan air terjun Huangguoshu, menurut saya tidak kalah dibanding kedua air terjun itu, bahkan lebih menarik. Air terjun Huangguoshu bisa dilewati dari goa di baliknya, ini yang lain daripada yang lain."
Hutan Batu Shilin

Dalam konferensi warisan dunia ke-31 di Christchurch, Selandia Baru belum lama berselang, "Karst Tiongkok Selatan" yang dilaporkan bersama oleh Shilin atau Hutan Batu, Yunnan, Libo, Guizhou dan Wulong, Chongqing berhasil dicantumkan dalam daftar warisan dunia setelah diadakan pemungutan suara. Dalam Ruangan Bertamasya di Tiongkok edisi ini, akan kami perkenalkan tiga obyek wisata di Shilin atau Hutan Batu.
Shilin atau Hutan Batu terletak di Kabupaten Otonom Etnis Yi Shilin, Kota Kunming, Provinsi Yunnan di Tiongkok barat daya, kira-kira 78 km dari Kunming, ibukota provinsi tersebut. Di daerah seluas ratusan km persegi yang berbukit-bukit terdapat gugusan hutan batu besar dan kecil tersebar di lereng dan lembah bukit serta tanah basah. Luas total daerah pemandangan Hutan Batu sekitar 12 km persegi, merupakan fopografi karst yang terbesar di Tiongkok bahkan dunia. Daerah hutan batu besar dan kecil adalah obyek wisata yang sering dikunjungi wisatawan."
Hutan Batu adalah hutan yang terdiri dari batu. Daerah Hutan Batu Besar terletak di bagian tengah seluruh daerah pemandangan Hutan Batu, merupakan daerah pemandangan yang paling representatif dan bersejarah paling lama. Selain itu, di sini terdapat pula obyek-obyek wisata yang terkenal seperti Puncak Kembang Teratai, Kolam Puncak Pedang dan lain-lain. Pemandu wisata Bi Yunhua memperkenalkan puncak yang diberi nama "Bukit Pedang dan Lautan Api":"Dinamakan 'Bukit Pedang dan Lautan Api' karena batu-batu di atas berbentuk seperti pedang tajam yang menusuk langit sebagai hasil kerja gerusan air hujan dalam waktu panjang, sedang batu-batu yang berada di bawah dulu terpendam di dalam tanah dan ada bekas-bekas aliran air."
Punjung Melihat Puncak adalah tempat terbaik untuk menyaksikan "lautan hutan". Wisatawan dari Shanghai Ni Ni mengatakan,"Sungguh indah sekali. Dari punjung ini kita melihat hamparan lautan batu di bawah. Saya sungguh terkagum akan keajaiban dunia dan alami yang begitu indah."
Hutan Batu Besar terdiri dari puncak-puncak batu yang rapat, wisatawan dapat berjalan di celah-celah puncak batu itu. Bentuk batu-batu itu sangat beragam dan aneh, ada yang menyerupai benda, ada pula yang mirip orang. Puncak batu yang diberi nama "Ibu dan Anak" tampak seperti seorang ibu sedang menggandeng anaknya berjalan-jalan; "Gajah di Pelataran Batu" mirip seekor gajah berdiri di atas bukit batu. Ada hampir seratus bukit-bukit batu yang diberi nama seperti itu sesuai bentuknya. Batu di sini bukan saja aneh bentuknya, ada pula yang bila ditabuh bisa mengeluarkan bunyi yang indah. Batu ini kalau ditabuh bisa mengeluarkan bunyi seperti lonceng, maka dinamakan 'Batu Lonceng'".

Dibanding dengan Hutan Batu Besar, Hutan Batu Kecil tampak lebih polos, obyek wisata yang paling terkenal di Hutan Batu Kecil adalah Ashima karena di sini ada sebuah batu tinggi yang bentuknya mirip gadis cantik dalam dongeng etnis Yi bernama Ashima: bagian kepalanya mengenakan kerudung, mendukung sebuah keranjang, berdiri anggun mendongak melihat jauh ke depan. Kini, daerah pemandangan Hutan Batu Kecil dihias dengan lampu-lampu. Di waktu malam, dengan sorotan sinar lampu-lampu itu, wisatawan dapat melihat berbagai macam batu yang aneh-aneh bentuknya.
Di ujung utara daerah pemandangan Hutan Batu ada sebuah hutan batu yang dinamakan Naigu yang berarti "tua dan hitam" dalam bahasa Sani etnis Yi. Batu-batu di sini tinggi besar dan rapat, dari jauh tampak seperti benteng-benteng batu yang megah. Bila kita naik ke atas bukit-bukit batu itu, akan tampak lautan batu warna hitam yang luas terhampar di bawah. Di bawah hutan batu itu terdapat pula dunia goa yang unik pemandangannya sehingga membentuk lanskap karst tiga dimensi. Wisatawan dari Australia Briana Lopez berdecak kagum menyaksikan pemandangan di sana. Ia mengatakan, "Sungguh mengagumkan, bentuk batu-batu itu sangat indah".
Batu-batu di Hutan Batu ini bisa berubah warna sesuai dengan perubahan cuaca. Ketika hujan, Hutan Batu yang berwarna abu-abu segera berubah menjadi hitam kelam. Bila hujan reda dan udara cerah, warna batu-batu itu langsung berubah menjadi loreng-loreng, kemudian kembali menjadi abu-abu muda. Seorang pakar, Profesor Liang Yongning mengatakan,"Semua bentuk hutan batu di dunia bisa ditemukan di sini. Hutan Batu Besar terutama berbentuk pedang, sedang di tempat lain kita bisa melihat yang berbentuk pagoda atau jamur, ada yang berwarna hitam, kuning dan lain-lain. Seorang pakar asing mengatakan, di sini sebentar terasa seperti berada di Kuba, dan sebentar lagi seperti di Spanyol, seolah hutan batu di dunia dipamerkan di sini. Hutan Batu di sini adalah museum topografi hutan batu yang sangat berharga."
Pesona hutan batu seperti teka-teki yang sulit diutarakan dengan bahasa. Sebuah puncak batu yang sama memberikan gambaran dan kesan yang berbeda pada musim dan cuaca yang berbeda, bahkan pada waktu-waktu berlainan di satu hari.
Kuil Chongsheng
yang terletak di Keresidenan Otonom Etnis Bai Dali, Provinsi Yunnan, Tiongkok barat daya adalah kuil tua yang bersejarah lebih 1.000 tahun. Pemerintah setempat baru-baru ini mengadakan upacara peresmian patung Buddha untuk pemugaran kuil tersebut. Kuil Chongsheng yang telah dipugar bergaya kuil kerajaan, sementara tetap memiliki ciri khas etnis.Balai Mahavira, tempat belangsungnya upacara melalui balai-balai Raja Kayangan, Maitreya dan Kwan Im atau Avalokiteswara. Sepanjang perjalanan itu, para tamu disambut oleh umat Buddha di kedua sisi jalan. Mereka ada yang mengenakan pakaian umat Buddha awam, ada pula yang mengenakan pakaian etnis minoritas.Kuil Chongsheng dinamakan pula Kuil Santa atau Kuil Tiga Pagoda. Di belakang kuil adalah Gunuung Changshan yang tertutup salju putih, dan di depannya adalah Danau Erhai yang luas. Berhubung gempa bumi dan peperangan, kini hanya tiga pagoda yang masih tertinggal. Kuil Chongsheng yang dipugar tetap mempertahankan gaya arsitekturnya semula, dan sejumlah benda koleksi kuil juga ditaruh kembali di dalam kuil. Misalnya gendang terbesar di kuil Buddha Tiongkok serta ukiran kayu sepanjang 117 meter dan tinggi 2 meter yang disimpan di kuil itu kini dibuka untuk umum.
ibukota Provinsi Yunnan untuk menyaksikan upacara peresmian patung Buddha tersebut. Melihat Kuil Chongsheng yang telah dipugar, mereka menyatakan pujiannya,"Kuil ini benar-benar sangat megah bergaya kuil kerajaan dan pemandangan sangat indah. Saya pernah pergi ke banyak tempat, menurut saya, lingkungan alam kuil ini yang terindah."
Dalam sejarah, Kuil Chongsheng merupakan pusat kegiatan agama Buddha di daerah Tiongkok selatan bahkan Asia Tenggara, dan disebut oleh para umat di daerah Asia Tenggara sebagai "ibukota agama Buddha". Dalam upacara peresmian patung Buddha Kuil Chongsheng, 108 biksu luhur dari Tiongkok, Korea Selatan, Singapura, Indonesia, Jepang, Thailand, Myanmar, Vietnam, Laos dan Kamboja membacakan kitab suci dan memimpin berbagai acara ritual. Selesai pembacaan kitab suci, para biksu luhur memutar cermin yang telah dipersiapkan di hadapan Sang Buddha, sebagai pertanda berakhirnya upacara peresmian patung Buddha.Untuk menghadiri upacara peresmian di Kuil Chongsheng ini, saya datang ke Dali dua hari lalu dengan menumpang pesawat terbang. saya merasa sangat beruntung dapat menghadiri upacara tersebut dan bertemu dengan begitu banyak biksu luhur dari berbagai daerah seluruh negeri, termasuk Ketua Persatuan Buddhis Tiongkok."
Seorang wisatawan dari Siprus yang berkunjung ke Kuil Chongsheng,bernama Mike Jackson mengatakan,"Kuil ini sangat indah dan besar. Saya baru pertama kali ini berkunjung ke kota ini, Suasana kuil ini sangat menyenangkan."
Kata Jackson, ia berwisata ke Dali bersama istri dan anak yang berusia 6 tahun. Setiba di Dali, kebetulan sedang berlangsung upacara peresmian patung Buddha di Kuil Chongsheng, maka mereka datang menyaksikannya. "Pemugaran Kuil Chongsheng adalah suatu kebajikan yang dilakukan pemerintah bagi para umat Buddha." Demikian tambah Jackson. Ia menyatakan yakin, dengan berlangsungnya upacara peresmian patung Buddha, Kuil Chongsheng yang termasyur dan bersejarah lama itu pasti akan menunjukkan kembali kegemilangannya di masa lalu.
Bagi wisatawan yang berkunjung ke Chongqing, sebaiknya meluangkan waktu untuk melihat-lihat Ukiran Batu Dazu yang bersejarah lebih dari seribu tahun. Ukiran di sini terutama adalah patung-patung Buddha. Selain itu terdapat sejumlah kecil patung Taoisme dan Konfusianisme, merupakan karya-karya representatif seni goa batu Tiongkok. Tahun 1999, kelompok seni ukiran batu Dazu dicantumkan oleh Unesco sebagai warisan budaya dunia. Kabupaten Wushan, Kota Chongqing yang mempunyai sejumlah obyek wisata itu akan dirancang dan dibangun menjadi " kota kuno pertama Tiga Ngarai Sungai Yangtze".
Makanan Chongqing juga terkenal enak. Cita rasa makanan di sini umumnya pedas dan yang paling digemari penduduk di sini adalah sabu-sabu atau hotpot. Di jalan-jalan di kota Chongqing, aroma makanan yang pedas dan sedap berhamburan di udara membuat orang tertarik untuk mampir di warung-warung makanan.
Kota Chongqing yang merupakan kota pegunungan yang khas menarik minat banyak wisatawan manca negara datang berkunjung. Sungai Yangtze dan Sungai Jialing melintas di tengah kota dan membelah kota ini menjadi empat bagian. Dulu di tepi sungai terdapat rumah-rumah kayu yang di bawahnya ditopang oleh tiang-tiang kayu, disebut sebagai bangunan rumah panggung. Di antaranya kelompok rumah panggung di Hongyadong merupakan sebuah fosil hidup "budaya dermaga" kota Chongqing

Warga Chongqing gemar makanan pedas, tapi bagi wisatawan yang tidak suka makanan pedas, di sini tersedia pula makanan yang kepedasannya disesuaikan dengan selera masing-masing.
Pariwisata di Chongqing pada tahun-tahun terakhir ini berkembang pesat, jumlah wisatawan dan penghasilan dari pariwisata terus meningkat. Direktur Pariwisata Kota Chongqing Wang Aizhu mengatakan,"Di bidang pariwisata, Chongqing akan dibangun menjadi pusat pariwisata di Tiongkok barat dan bagian hulu Sungai Yangtze. Jumlah wisatawan yang berkunjung ke Chongqing tahun lalu tercatat 68 juta orang dengan memberikan penghasilan 36,4 miliar yuan atau sekitar 4,7 miliar dolar Amerika, kurang lebih 9,8 persen Produk Domestik Bruto kota Chongqing. Sampai tahun 2010, pariwisata akan dikembangkan menjadi industri pilar kota ini dan menjadi titik berat perkembangan ekonomi kota Chongqing."

saudara akan kami ajak melihat Gapura Kuda Kencana dan Ayam Hijau yang merupakan bangunan penanda Kunming, ibukota Provinsi Yunnan Tiongkok barat daya, serta mencicipi Teh Pu'er yang populer di kota itu.
Setiap kali kita menyebut sebuah kota, sering kita akan menyinggung sejumlah bangunan penanda kota tersebut, karena bangunan itu merupakan simbol atau lambang sebuah kota. Misalnya, pertanda Beijing adalah Kota Terlarang dan Tembok Besar, bagi Xi'an adalah terakota atau patung tembikar balatentara Kaisar Qinshihuang, Bagi Kota Kunming, tidak lain adalah Gapura Kuda Kencana dan Ayam Hijau, dijadikan simbol tidak saja karena sejarahnya panjang, tapi juga karena ciri etnisnya yang kental.
Kunming adalah sebuah kota yang bersejarah lama, dan sudah ada manusia bermukim pada zaman batu lama, 30.000 tahun silam. Sejalan dengan kemajuan sejarah dan perubahan zaman, Kunming meninggalkan banyak benda budaya, patilasan sejarah dan lanskap budaya, salah satu di antaranya adalah Gapura Kuda Kencana dan Ayam Hijau yang terletak di sebuah persimpangan jalan kota Kunming, tingginya 12 meter dan lebar 18 meter. Dilihat dari luar, gapura itu berciri khas rakyat Yunnan, dihias ukiran indah sehingga menjadi obyek wisata di kota Kunming.
Menurut catatan sejarah, konon dahulu kala, ada seekor kuda sakti yang bersinar keemas-emasan, bermukim di pinggir Danau Dianchi yang indah. Setelah kawin dengan kuda biasa, lahirlah seekor anak kuda Dianchi yang sigap. Konon, kuda itu setiap hari bisa lari sejauh 250 km dan ada kalanya muncul di hutan tusam sebelah timur kota Kunming. Setiap kali kuda sakti itu muncul, akan terpancar sinar keemas-emasan. Bersamaan dengan itu, di Gunung Barat kota Kunming, ada seekor burung phoenix warna hijau, kicaunya sangat merdu, dan sangat indah ketika terbang. Namun penduduk setempat tidak mengenal burung phoenix, maka dinamakan ayam hijau. Kemudian, Gunung Timur di mana kuda kencana sering muncul dinamakan Gunung Kuda Kencana, dan Gunung Barat dinamakan Gunung Ayam Hijau. Penduduk setempat memuja kedua binatang sakti itu dan menyembahyanginya, lalu dibangun Kuil Kuda Kencana dan Kuil Ayam Hijau. Dan di dalam kota Kunming, dibangun Gapura Kuda Kencana dan Gapura Ayam Hijau yang indah dan megah.
Gapura Kuda Kencana dan Ayam Hijau dibangun pada masa Dinasti Ming, kira-kira 400 tahun lalu. Istimewanya, pada waktu-waktu tertentu, bisa muncul pemandangan aneh sinar keemas-emasan dan hijau. Mengenai hal itu, periset Museum Kota Kunming Ding Xueren mengatakan,"Pada saat matahari terbenam, sinar matahari terpantul di Gapura Ayam Hijau, dan bayang-bayang gapura berada di sebelah timur. Ketika bulan terbit di timur, sinarnya menimpa Gapura Kuda Kencana, dan bayang-bayangnya berada di sebelah barat. Dikala matahari dan bulan terbenam dan terbit, dan pada akhirnya berada di satu garis sejajar, bagian atas kedua bayangan itu bertemu. Itulah yang dinamakan Pertemuan Sinar Kencana dan Hijau."
Konon berhubung sudut peredara bumi, bulan dan matahari, pemandangan ajaib itu baru muncul satu kali setiap 60 tahun. Perancangan yang menakjubkan itu mencerminkan kecerdasan rakyat berbagai etnis di Yunnan pada zaman kuno yang memadukan matemateka, astronomi dan arsitektur. Ding Xueren pernah menyaksikan pemandangan menakjubkan itu pada pertengahan musim gugur tahun 1940. Ia mengatakan,"Ketika itu saya masih duduk di sekolah dasar. Mendengar orang mengatakan bahwa senja hari itu akan muncul pemandangan pertemuan sinar kencana dan hijau, saya lalu pergi kesana untuk menyaksikannya. Di sana, manusia sudah berjubel-jubel, dan saya tidak tahu pasti di mana pemandangan itu bisa dilihat, hanya mendengar orang-orang berseru kagum. Waktu pertemuan sinar kencana dan sinar hijau sangat singkat, kira-kira hanya beberapa detik, kedua sinar bertemu di permukaan tanah."

Yunnan adalah tempat asal pohon teh. Pu'er adalah jenis teh yang paling terkenal di Yunnan. "Pada zaman dulu, teh Yunnan adalah benda upeti yang harus disumbangkan kepada kaisar. Untuk mengangkut teh ke ibukota dinasti, alat transportasi pada waktu itu tidak lain adalah kuda dan membutuhkan waktu berbulan-bulan. Daun teh yang diletakkan di punggung kuda, tejemur matahari dalam kondisi alam terbuka. Sesampai di ibukota, teh hijau yang bermutu paling bagus berubah cita rasanya karena terjemur dalam waktu panjang, maka teh itu diubah namanya menjadi Teh Pu'er."
Sebagai hasil kerja sinar matahari dan udara, teh hijau berubah rasa dan menghasilkan kualitas yang lain daripada yang lain. Justru karena proses peragian yang lamban dalam udara itu, Teh Pu'er berfungsi menjaga kesehatan, dan cocok sekali bagi orang yang pencernaannya kurang baik atau orang lanjut usia dan berbadan lemah. Di Jepang, Teh Pu'er disebut "Teh Mempercantik Paras" dan "Teh Sehat". Teh Pu'er banyak sekali jenisnya. Yang dinamakan Teh Mentah adalah teh sekitar 10 tahun, mempunyai harum buah sedikit asam. Sedang Teh Matang mengandung harum kembang teratai. Sebelum diseduh, Teh Pu'er berwarna hitam, tapi air tehnya merah seperti anggur, bening dan terang. Teh Pu'er makin tua makin bagus. Kedokteran tradisional Tiongkok menganggap Teh Mentah bisa menolak angin dan menghilangkan panas. Sedang Teh Matang berfungsi memperlancar buang air kecil dan besar, maka Teh Pu'er dianggap juga sebagai semacam obat. Kini, Teh Pu'er digemari semakin banyak orang

Propinsi Yunnan di Tiongkok bagian barat daya adalah propinsi yang banyak etnis. Dalam proses perkembangan yang panjang, berbagai etnis telah menciptakan budaya etnis yang berciri khusus, dan bangunan perumahan penduduknya justru bagian penting di antaranya. Perumahan penduduknya mencerminkan pandangan etnis itu tentang penilaian keindahan, dan sosial serta ciri khusus daerahnya.
Perumahan penduduk etnis Naxi, dan etnis Bai di bagian barat laut Propinsi Yunnan masih memelihara gaya bangunan tradisional Tiongkok yang kaya. Perumahannya kebanyakan dibangun dari tanah atau batu bata dan kayu bertembok putih dan bergenting biru sangat indah seperti pemandangan berair dan bergunung setempat. Sedangkan perumahan penduduk etnis-etnis Dai, Jinbo, Wa, Deang, Jino dan Lahu di bagian barat dan barat daya Propinsi Yunnan dibangun dari bambu kayu dan rumput yang kelihatan sangat sederhana dan anggun.
Ahli peneliti perumahan penduduk Museum Etnis Yunnan Yang Songhai berpendapat, perumahan penduduk yang berciri khusus tersebut merupakan kristalisasi kecerdasan berbagai etnis Propinsi Yunnan dalam menyelesaikan diri dengan lingkungan alam dan memperagakan kebudayaan dan adat istiadatnya, dan berkembang dari dua bentuk bangunan kuno yaitu rumah sarang dan rumah gua. Yang Songhai menjelaskan,
Sejumlah manusia pada zaman kuno mempunyai perasaan takut terhadap burung dan binatang buas. Dalam lingkungan alam yang sangat menakutkan dan tenaga produksinya sangat rendah itu, mereka hanya dapat hidup di tempat yang tinggi dengan membangun kandang atau sarang dari cabang dan batang di atas pohon yang disebut rumah sarang. Tapi tidak di semua tempat ada pohon untuk dibangun rumah sarang, maka mereka hanya dapat menggali lubang atau hidup di gua gunung, yang disebut rumah gua.
Yang Songhai berpendapat, hidup di rumah sarang dapat menghindarikan diri dari serangan binatang buas. Rumah sarang itu mengalami perkembangan terus hingga menjadi bangunan rumah panggung dari etnis Dai dan etnis Bulang di bagian selatan Propinsi Yunnan sekarang. Rumah panggung itu biasanya terbentuk dari 2 lantai. Lantai atas dihuni orang, dan lantai bawah dijadikan tempat memelihara ternak. Bangunan yang baik ventilasinya itu sangat sesuai dengan syarat iklim panas di daerah tropik dan subtropik.
Yang menarik ialah di suatu gunung besar di Kabupaten Guangnan Propinsi Yunnan sampai belum lama ini masih ada suku suku etnis yang hidup di gua, dan baru-baru ini baru saja dipindahkan keluar. Gua yang pernah dimukimi mereka itu sekarang telah menjadi tempat tujuan wisata.
Gunung Huangshan
Gunung Huangshan yang terletak di Provinsi Anhui, Tiongkok Timur dianggap sebagai gunung yang paling khas dan paling indah di Tiongkok. Tahun 1990, Gunung Huangshan dicantumkan dalam Daftar Warisan Alam dan Kebudayaan Dunia.
Di Tiongkok ada peribahasa yang berbunyi: sepulang dari lima gunung paling terkenal Tiongkok, tidak mau mengunjungi gunung yang lain; setelah pulang dari Gunung Huangshan, lima gunung terkenal itu pun tak usah dikunjungi. Dari peribahasa ini dapat terlihat betapa istimewa dan anggun Gunung Huangshan itu.
(Pohon Cemara "Penyambutan Tamu" di Gunung Huangshan)
 Gunung Huangshan terletak di daerah pemandangan Gunung Huangshan bagian tengah selatan Tiongkok, dengan luasnya mencapai 1200 kilometer persegi. Gunung Huangshan sangat tinggi dan jurangnya sangat dalam sehingga iklim di daerah itu lain di kaki gunung lain di puncak. Gunung Huangshan sangat terkenal dengan banyaknya awan, kelembaban dan banyak turun hujan. Iklim itulah memberikan dukungan bagi keanekaragaman flora dan fauna.
Gunung Huangshan terkenal dengan pohon tusam, batu, awan dan mata air hangat.
Pohon tusam adalah pohon yang paling banyak terdapat di Gunung Huangshan. Pohon tusam yang berusia seratus tahun lebih berjumlah 10 ribu batang lebih di Gunung Huangshan. Pohon-pohon tusam yang aneka ragam membentuk pemandangan yang ajaib dan pantas disebut sebagai pemandangan indah nomor satu Gunung Huangshan. Pohon-pohon tusam itu kebanyakan tumbuh di sela batu dan cadas. Mereka berurat berakar dan tampak sangat megah, menunjukkan daya hidup yang tegar. Salah satu pohon tusam di antaranya dipandang sebagai lambang Gunung Huangshan. Pohon tusam itu tumbuh di Puncak Yunu atau puncak gadis. Pohon tusam itu berdaun lebat dengan cabangnya condong ke depan dan mirip seorang yang mengulurkan tangannya untuk menyambut kedatangan tamu, maka pohon tusam itu diberi nama Yingkesong atau "pohon tusam sambut tamu". Batu yang berbentuk aneka ragam di Gunung Huangshan adalah pemandangan indah nomor dua Gunung Huangshan. Di Gunung Huangshan terdapat banyak puncak dengan kaki gunungnya terjun sampai ke bawah jurang. Batu yang berbentuk aneh terlihat di mana-mana, baik di puncak maupun di lereng atau lurah. Dengan imajinasi yang berani, batu-batu itu bisa mirip binatang, tumbuhan ataupun manusia. Lautan awan dan mata air adalah dua pemandangan khas lagi di Gunung Huangshan. Kedua pemandangan itu terbentuk karena geologi dan iklim yang istimewa.
(Lautan Awan di Gunung Huangshan)
Selain pemandangan alam, Huangshan juga terkenal dengan kebudayaan yang bersejarah lama. Dalam sejarah, banyak bujangga dan pelukis tertarik oleh pemandangan Gunung Huangshan dan menciptakan banyak karya di gunung tersebut. Syair yang memuja Gunung Huangshan saja sudah berjumlah 20 ribu buah lebih.
Di bidang kesenian, di Tiongkok terdapat Pelukis Angkatan Gunung Huangshan yang pandai melukiskan keindahan Gunung Huangshan dengan cara lukisan tradisional Tiongkok. Para juru kamera zaman sekarang lebih-lebih mencintai Gunung Huangshan dan menjadikannya sebagai sumber karyanya. Selain itu, nenek moyang legendaris bangsa Tionghoa Kaisar Xuanyuan konon pernah menetap di Gunung Huangshan dan mencapai kesempurnaan serta naik surga di sini. Kini banyak puncak Gunung Huangshan mendapat nama yang berkaitan dengan kisah legendaris itu, misalnya Puncak Xuanyuan dan lain sebagainya.
Berkat keindahan pemandangan alam dan latar belakang kebudayaannya yang melimpah, Gunung Huangshan pada tahun 1990 dicantumkan dalam Daftar Warisan Alam dan Kebudayaan Dunia. Dewan Warisan Dunia mengatakan bahwa Gunung Huangshan banyak mendapat pujian dalam sejarah kesusastraan dan kesenian Tiongkok. Sedangkan bagi wisatawan, pelukis dan juru kamera dari seluruh dunia, Gunung Huangshan memanifestasikan pesona dan keindahan yang kekal.
 
Blogger Template Layout Design by [ METAMUSE ] : Code Name BlackCat 2.0.0